Mark Zuckerberg Jelaskan Kosep Superintelligence: Bukan untuk Otomatisasi
CEO Meta, Mark Zuckerberg, kembali membuat pernyataan menarik dalam wawancaranya terkait perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Ia menyampaikan bahwa tujuan utama pengembangan superintelligence — bentuk AI yang sangat canggih dan berkemampuan tinggi
bukan untuk menggantikan manusia dalam segala aktivitas, melainkan untuk menciptakan alat kolaboratif yang bisa memperkuat potensi manusia.
Menurutnya, masa depan AI bukanlah tentang otomatisasi total, tetapi tentang memperluas kapasitas intelektual manusia dalam bekerja, berkarya, dan memecahkan masalah.
Mark Zuckerberg Jelaskan Kosep Superintelligence: Bukan untuk Otomatisasi
Zuckerberg menjelaskan bahwa Meta sedang berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan model AI yang mampu membantu manusia dalam skala besar.
Ia menekankan bahwa superintelligence bukan semata-mata tentang menciptakan robot yang bisa bekerja tanpa manusia, tetapi membangun sistem yang bisa diajak bekerja sama oleh manusia di berbagai bidang.
Menurutnya, AI yang terlalu berfokus pada otomatisasi akan menimbulkan ketimpangan sosial. Sebaliknya, jika AI dikembangkan sebagai mitra berpikir, maka dampaknya bisa jauh lebih luas dan positif bagi peradaban.
Kolaborasi AI dan Manusia di Masa Depan
Zuckerberg memprediksi bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, penggunaan AI akan sangat lazim di berbagai sektor
seperti pendidikan, kesehatan, penelitian, bahkan seni. Ia menggambarkan bahwa superintelligence idealnya seperti “asisten cerdas
yang memahami konteks, memberi saran, menyusun rencana, dan membantu eksekusi, tetapi tetap di bawah kendali dan pengawasan manusia.
Dalam konteks Meta, ini diterjemahkan ke dalam proyek seperti personal assistant AI dan peningkatan kapabilitas metaverse, yang memungkinkan kolaborasi manusia dan mesin secara lebih intuitif dan real-time.
Risiko dan Etika: Tidak Bisa Diabaikan
Meski penuh optimisme, Zuckerberg juga menyadari pentingnya pendekatan etis dalam pengembangan AI.
Ia menekankan perlunya pengawasan ketat, regulasi yang jelas, dan keterlibatan publik dalam diskusi mengenai dampak sosial dari superintelligence.
Meta, kata dia, berkomitmen untuk transparan dalam pengembangan teknologinya dan terbuka terhadap masukan dari komunitas ilmiah serta regulator.
Ia juga menyebut bahwa perusahaan teknologi besar memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa
teknologi yang dikembangkan tidak menjadi alat penindasan atau manipulasi, tetapi benar-benar berfungsi untuk kebaikan bersama.
Superintelligence dan Dunia Kerja
Salah satu topik utama dalam pembahasan Zuckerberg adalah dampak superintelligence terhadap dunia kerja.
Ia mengakui bahwa akan ada perubahan signifikan dalam jenis pekerjaan dan cara manusia bekerja Namun, ia percaya bahwa jika disikapi dengan benar
AI akan menciptakan lebih banyak peluang dibandingkan ancaman.
Zuckerberg menyoroti bahwa pekerjaan yang bersifat rutin dan mekanis mungkin akan tergantikan, tetapi pekerjaan yang membutuhkan
kreativitas, empati, dan penilaian etis justru akan semakin dihargai, karena tidak bisa sepenuhnya disubstitusi oleh mesin.
Meta dan Masa Depan AI yang Terbuka
Sebagai penutup, Zuckerberg mengatakan bahwa Meta berkomitmen terhadap pengembangan AI open source.
Menurutnya, pendekatan terbuka ini penting agar inovasi tidak dimonopoli oleh segelintir pihak, serta agar pengembangan AI dapat dilakukan secara kolaboratif dan transparan.
Meta telah merilis berbagai model bahasa terbuka seperti LLaMA yang dapat digunakan oleh peneliti dan pengembang di seluruh dunia.
Ia berharap dengan pendekatan ini, AI superintelligence akan berkembang secara sehat dan inklusif.
Baca juga: Digugat Paiman soal Ijazah Palsu Jokowi, Roy Suryo: Saya Baru Tahu dari Berita