Peringatan Hari Keris Nasional, Komitmen Jaga Identitas Budaya Bangsa
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang sangat beragam, mulai dari bahasa, pakaian adat, tarian tradisional
hingga senjata pusaka yang sarat makna simbolik dan filosofis. Salah satu warisan budaya yang begitu penting adalah keris
senjata tradisional yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia takbenda sejak 25 November 2005. Demi memperkuat penghargaan terhadap keris, pemerintah menetapkan tanggal 19 April sebagai Hari Keris Nasional.
Penetapan ini menjadi simbol penting dalam komitmen bangsa untuk melestarikan identitas budaya di tengah perkembangan zaman yang serba modern.

Sejarah Penetapan Hari Keris Nasional
Penetapan 19 April sebagai Hari Keris Nasional bukan tanpa alasan. Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan momen bersejarah yaitu tanggal penyerahan hasil penelitian mengenai keris kepada pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang kemudian menjadi bagian dari proses pengakuan keris oleh UNESCO. Momen ini menjadi titik tolak kesadaran nasional untuk menjadikan keris bukan sekadar benda pusaka, melainkan identitas budaya yang harus dirawat dan dijaga lintas generasi.
Dalam berbagai catatan sejarah, keris telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Nusantara sejak abad ke-9 Masehi. Keris tidak hanya digunakan sebagai senjata, tetapi juga sebagai simbol status sosial, spiritualitas, dan warisan nilai-nilai luhur bangsa.
Keris sebagai Warisan Budaya Takbenda
UNESCO mengakui keris Indonesia sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, atau mahakarya warisan budaya takbenda milik umat manusia. Pengakuan ini tidak hanya memperkuat posisi keris di mata dunia, tetapi juga menjadi tanggung jawab besar bagi bangsa Indonesia untuk terus merawat dan melestarikannya.
Keris dipandang sebagai hasil karya budaya yang mencerminkan nilai-nilai filosofi tinggi. Proses pembuatan keris, atau dikenal dengan sebutan pembentukan dapur keris, bukanlah hal yang sederhana. Seorang empu atau pandai keris harus memiliki ilmu, kesabaran, dan nilai spiritual yang tinggi dalam proses menempa keris hingga menjadi pusaka yang dipercaya memiliki kekuatan magis serta makna simbolik mendalam.
Nilai Filosofis dalam Sebilah Keris
Setiap keris memiliki dapur (bentuk), pamor (motif), dan tangguh (masa pembuatan) yang mencerminkan berbagai nilai filosofis, seperti keberanian, kesetiaan, kejujuran, dan kehormatan. Keris tidak dibuat secara sembarangan, melainkan melalui serangkaian proses yang mengandung doa dan laku spiritual. Dalam budaya Jawa, keris dipercaya memiliki “isi” atau energi spiritual tertentu yang bisa menjadi pelindung atau pembawa keberuntungan bagi pemiliknya.
Beberapa keris bahkan diwariskan secara turun-temurun sebagai simbol keberlanjutan nilai keluarga dan pengingat akan jati diri leluhur. Oleh karena itu, pelestarian keris sejatinya adalah pelestarian nilai, bukan sekadar pelestarian fisik benda pusaka.
Tujuan Peringatan Hari Keris Nasional
Hari Keris Nasional diperingati untuk mendorong masyarakat Indonesia agar semakin mengenal, mencintai, dan menjaga warisan budaya sendiri. Tujuan utamanya meliputi:
-
Meningkatkan kesadaran budaya: Edukasi kepada masyarakat luas bahwa keris bukan hanya benda koleksi, tetapi memiliki nilai sejarah, spiritual, dan identitas bangsa.
-
Menguatkan jati diri nasional: Di tengah arus globalisasi, keberadaan keris menjadi penanda penting tentang keunikan dan kekayaan budaya Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain.
-
Mendorong regenerasi empu dan pelestari budaya: Perlu ada generasi penerus yang mau belajar dan melanjutkan tradisi pembuatan keris agar tidak punah dimakan zaman.
-
Mengangkat potensi ekonomi kreatif: Industri kerajinan keris juga bisa menjadi bagian dari pengembangan sektor ekonomi berbasis budaya lokal.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara aktif melakukan pelestarian keris lewat berbagai program, seperti pelatihan empu muda, dokumentasi keris Nusantara, hingga pengembangan museum keris di berbagai daerah. Salah satu yang terkenal adalah Museum Keris Nusantara di Surakarta, Jawa Tengah, yang menjadi pusat edukasi dan pelestarian keris bagi masyarakat umum.
Selain itu, pemerintah daerah juga diharapkan memberikan dukungan penuh terhadap komunitas pelestari buday
, termasuk para empu dan pembuat keris, agar tradisi ini tetap hidup. Tidak kalah penting, masyarakat juga harus turut aktif, baik melalui kegiatan seni, edukasi di sekolah, hingga promosi budaya di dunia digital.
Baca juga:Lima Festival Budaya Diindonesia Yang Kini Menarik Banyak Turis
Menumbuhkan Cinta Budaya Lewat Pendidikan
Pendidikan menjadi kunci penting dalam menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini. Kurikulum pendidikan
di sekolah, terutama pada mata pelajaran sejarah dan seni budaya, bisa dijadikan sarana untuk memperkenalkan keris secara mendalam. Tidak hanya teori, siswa juga bisa diajak mengunjungi museum keris atau mengikuti lokakarya pembuatan keris secara langsung untuk menumbuhkan ketertarikan dan rasa bangga terhadap budaya sendiri.
Dengan memahami proses dan filosofi keris, generasi muda akan lebih menghargai warisan leluhur dan tidak mudah
tergoda oleh budaya asing yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai bangsa.
Hari Keris Nasional di Era Digital
Di era digital, pelestarian keris juga perlu merambah dunia maya. Media sosial, website, dan platform digital dapat
digunakan untuk mempromosikan edukasi budaya secara luas. Peringatan Hari Keris Nasional bisa diisi dengan konten kreatif seperti video dokumenter, cerita rakyat terkait keris, hingga ilustrasi digital keris dari berbagai daerah di Indonesia.
VENUS4D Beberapa komunitas budaya telah aktif menggunakan media sosial untuk menghidupkan kembali narasi
seputar keris, dari sejarah hingga cerita mistisnya. Upaya ini penting agar nilai-nilai budaya tidak hanya bertahan di dunia nyata, tetapi juga tumbuh dalam ruang digital yang digandrungi generasi muda.
Tantangan dalam Melestarikan Keris
Pelestarian keris bukan tanpa tantangan. Beberapa di antaranya adalah:
-
Minimnya regenerasi empu atau pandai besi yang mampu membuat keris secara tradisional.
-
Kurangnya perhatian masyarakat urban terhadap warisan budaya lokal.
-
Persaingan budaya asing yang lebih masif masuk melalui media digital.
-
Kurangnya dukungan finansial untuk komunitas pelestari keris.
Namun, dengan kesadaran kolektif dan dukungan lintas sektor, tantangan-tantangan ini bisa diatasi melalui pendekatan
kolaboratif antara pemerintah, komunitas, dunia pendidikan, serta sektor swasta.
Penutup: Keris sebagai Simbol Peradaban
Peringatan Hari Keris Nasional setiap 19 April menjadi lebih dari sekadar perayaan simbolik. Ia adalah refleksi dari tekad
bangsa untuk tidak melupakan akar budayanya. Keris adalah representasi dari ketajaman intelektual, kedalaman spiritual, dan kearifan lokal yang telah tumbuh dalam masyarakat Nusantara selama berabad-abad.
Melalui Hari Keris Nasional, diharapkan seluruh lapisan masyarakat mampu memahami bahwa menjaga budaya berarti menjaga identitas bangsa.
Di tengah derasnya arus globalisasi, pelestarian keris menjadi wujud nyata dari komitmen Indonesia untuk berdiri tegak sebagai bangsa yang besar, berbudaya, dan bermartabat.